Yo bloggers,
saya mau submit salah satu karya saya, sebuah cerpen haha… Tapi cerpen ini saya
muat ulang ke blog yang ini karena blog saya yang lama sudah gak ke urus dan
saya sendiri malas mengurusnya hahaha… sumber cerpen dari http://sharestoriess.blogspot.com/2013/03/tenggelam-bersama-kenangan.html Yak, itu blog saya yang lama (sebaiknya tidak
dibuka :p)
Created by Kasyfi Ivanedra/admin :)
Cerita ini adalah karya fiksi, sehingga jika ada kesamaan nama atau tokoh mohon dimaafkan
Dia berdiri. Sendiri. Ditepi tebing. Terlihat Kesepian.
Terdiam. Merenung. Tak terlihat memikirkan sesuatu. Hanya tatapan kosong
mengarah ke lautan diseberangnya. Angin berhembus menerpa bebatuan
disekitar tebing. Tapi dia tetap terdiam. Terdiam, dan Terdiam. Langit
senja dipenuhi oleh awan-awan berwarna jingga bertaburan. Kita bisa
lihat pemandangan yang sungguh menakjubkan, matahari yang hampir
terbenam diseberang lautan. Tapi sosok wanita yang menggenakan baju pink
bergaris dan rok putih itu hanya terdiam menatap pemandangan
menakjubkan itu.
"A..a..a maaf, maafkan saya, saya tidak sengaja", seorang pria
bersetelan jas kantoran mencoba meminta maaf. Wanita tadi masih terlihat
cemberut dan berusaha mengelap noda yang menepel di celananya.
"Nanti akan saya belikan yang baru. Saya minta maaf. Saya benar-benar tidak sengaja".
"Sudah, tidak apa-apa. Masih bisa dicuci".
"Tapi itu noda kopi, nanti saya belikan yang baru".
"Terserah anda saja!". Sepertinya, wanita ini masih sedikit kesal.
"Baiklah, tolong berikan alamat rumah anda, nanti akan saya antarkan".
Wanita itu mengambil sepucuk kertas lalu menuliskan alamat
rumahnya dan memberikannya kepada pria tersebut. Dilihat dari caranya
meminta maaf, kemungkinan besar pria ini seorang pewaris perusahaan atau
pengusaha yang kaya. Wanita tadi segera keluar dari kafe, dan bersiap
untuk menyeberang jalanan.
Baru selangkah berjalan dari trotoar, tiba-tiba dari pengkolan
jalan melintas sebuah truk besar bermuatan hewan-hewan kurban seperti
kambing dan domba. Wanita tersebut terdiam dan sempat berpikir sejenak.
"Apakah
akan tertabrak? Akankah aku selamat?" Hanya itu yang terlintas
dipikirannaya. Seakan-akan pasrah, wanita itu tidak sempat menghindar
atau menjauhkan diri.
ZUUHHMM...
Truk melintas dengan cepat melewati kafe dan menancap gas. Wanita yang
memejamkan mata tersebut membuka matanya dan memastikan dirinya masih
hidup. 'Apa yang terjadi' pikirnya.
Dilihatnya kebelakang, ternyata ada seseorang yang sudah memeluk
dirinya di trotoar depan kafe. Seorang pria, dan ah ternyata pria yang
menumpahkan kopi di celana wanita tersebut. Sang wanita kaget dan
lekas bangun dari pelukan sang pria.
"Hah, untung saja masih sempat. Tadi itu hampir banget loh.." ujar sang pria.
Muka si wanita tersebut menjadi merah padam. Mulutunya terlihat sedang berusaha mengucapkan sesuatu.
"Te...teri..ma ka..sih" bisik sang wanita.
"Ng? apa?"
"Te..rima kasih sudah menyelamatkan saya"
"Ah tidak apa, oh iya sepertinya kita belum kenalan, nama saya Aryo."
Sang wanita terdiam sejenak, ia tidak mengerti hal yang terjadi.
"Na..ma saya, Rika"
"Rika? Nama yang bagus, lain kali hati-hati menyeberang. Jangan ngelamun."
"Ah iya, terima kasih" sang wanita bernama Rika tersebut
langsung pulang menuju kerumahnya. Nampak iya sedikit gugup. "Perasaan
apa ini, ini kenapa? Ada sesuatu yang menganjal" pikirnya.
Sesampainya
di rumah, ia langsung mandi dan mencui pakaiannya. Ia tinggal di sebuah
kos-kosan bersama 2 orang lainnya. Mereka semua masih kuliah termasuk
Rika.
"Hei kenapa bajumu tadi? Berlumuran kopi gitu?" tanya Stefani.
"Iya, kenapa tuh?" timpa Navi.
"Cuma ketumpahan kopi doang koq pas di kafe tadi.."
"Loh, koq bisa?" tanya kedua teman sekamarnya itu.
"Ah sudahlah, tidak usah dibahas." elak Rika.
Ting-tong,
suara bel berbunyi mengagetkan para mahasiswi didalamnya. Ini jam 8
malam, siapa yang bertamu? Pikir Rika. Stefani segera menuju pintu dan
membukakannya.
"Eh iya,
cari siapa mas?" Stefani masih terkaget-kaget karena didepannya berdiri
seorang pria tampan membawa kantong plastik.
"Rika nya ada?" ujar pria tersebut.
"o..oh ada mas, tunggu sebentar. Oy Rikaa ada tamu nih buat kamu..!"
Rika masih heran, siapa yang bertamu, tapi ia kaget ketika melihat sesosok pria yang berdiri di depan pintu.
"Lho..mas Aryo ya?" tanya Rika yang masih kaget.
"Ah syukurlah, akhirnya bisa ketemu. Alamatnya susah juga yan dicari. Ini janji saya tadi sore. Mohon diterima ya.."
Rika terbengong, sedangkan dua teman lainnya tersenyum-senyum melihat tingkah Rika.
"Aduh mas Aryo, gak usah repot-repot. Gak apa-apa koq, bajunya masih bisa dicuci" jawab Rika
"Tidak apa, terima saja, anggap saja sekedar pemberian."
Rika
menerima celana itu dengan malu-malu, dan langsung membawanya kedalam
kamar. Sedangkan teman-temannya masih tersenyum-senyum.
"Kalau begitu, saya permisi dulu." pamit Aryo
"Eh iya, trima kasih banyak." jawab Stefani.
Stefani dan Navi bergegas menuju kamar Rika. Didapatinya Rika sedang melihat celana yang diberikan Aryo.
"Hayoo, siapa cowok tadi?" tanya Navi
"Pacar nih yee.." Goda Stefani
"Ih kalian apa-apaan! Kami baru kenalan hari ini koq".
"Ciee baru kenal nih yee.. kenal dimana?" tanya Navi
"Dia itu yang numpahin kopi kecelana aku, makanya dia ganti pakai celana ini"
"Diganti pake celana juga? Wah.., eh eh pria tadi lumayan ganteng loh" ujar Stefani
"Sudah ah, aku mau tidur. Besok mau kuliah pagi" Rika mencoba menghentikan pembicaraan.
Esok hari, cuaca terlihat cerah. Rika sudah bergegas meninggalkan
kos-kosannya dan pergi menuju tempat kuliah. Tak disangka-sangka, ia
kembali bertemu Aryo di perempatan jalan raya. Aryo menggenakan kemeja
biru dan terlihat mengendarai mobil Cadilac Escalade. Mobil mahal,
pikir Rika. Dan ternyata, Aryo-lah yang mengemudikannya.
"Loh Rika, mau kuliah ya? Mau diantar nggak?" tawar Aryo
"Eh..eh, gausah mas. Rika bisa naik angkutan umum."
"Udah, gak apa-apa. Ayo dianterin"
Akhirnya Rika diantar oleh Aryo ke tempat kuliahnya. Dan
beginilah hampir tiap hari Aryo mengantar Rika. Ternyata, diam-diam Rika
sudah mulai menaruh hati pada Aryo. Setiap bertemu Aryo, ia terlihat
senang dan gembira. Aryo juga menyimpan rasa yang sama bahkan sejak
mulai pertama kali bertemu. Mungkin itu yang biasa kita sebut sebagai
cinta pada pandangan pertama.
Pada akhirnya, Aryo memberanikan diri menyatakan perasaannya kepada
Rika. Pada saat itu mereka sedang berada di kafe tempat pertama kali
mereka bertemu. Aryo mengajak Rika makan malam disana. Rika yang
mendengar pengakuan dari Aryo terlihat senang dan langsung menerima
cinta dari Aryo. Mereka resmi jadian. Umur Aryo kira kira 26 tahun,
sedangkan Rika berumur 5 tahun lebih muda.
Mulai hari itu, hari-hari Rika mulai lebih berwarna karena ada
Aryo disampingnya. Mereka berpergian berdua atau istilahnya dating ke
berbagai tempat. Mulai dari tama ria, kebun binatang, museum, dan
berbagai tempat lainnya yang lazim untuk orang yang berpacaran. Cinta
mereka semakin hari semakin kuat, sehingga rasanya ada yang kurang jika
tidak melihat satu sama lain. Aryo berjanji, jika Rika sudah lulus
kuliah, mereka akan menikah dan Aryo akan segera meminta ijin orang tua
Rika untuk meminangnya.
Suatu hari, Rika mengambil inisiatif untuk mengajak Aryo jalan-jalan ke
pantai. Tempat indah yang pas bagi sepasang kekasih. Aryo menyetujuinya
dan rencananya akan dilaksanakan minggu depan, karena minggu ini Aryo
banyak kerjaan. Rika menyetujuinya dan langsung memeluk Aryo.
Hari Sabtu, satu hari sebelum ke pantai, Rika bersama Stefani dan
Navi, berbelanja di salah satu pusat perbelanjaan. Mereka belanja mulai
dari baju hingga sepatu. Rika tampaknya sedang sibuk memilih baju yang
tepat untuk datingnya besok. Kringg-kringg, terdengar suara ringtoon
handphone berbunyi.
"Hm? handphone siapa tuh?" tanya Stefani.
"Oh, ini punyaku, tunggu sebentar ya." handphone Rika rupanya yang berdering.
"Eh? Dari Aryo.. Halo mas, ada apa?" tanya Rika
"Halo, apa ini salah satu keluarga dari Aryo Setiawan?"
"Ha..halo, bukan saya temannya, ini siapa?"
"Maaf mbak, saya orang yang berada di lokasi kecelakaan. Orang
yang punya telepon ini kecelakaan mobil. Sekarang sedang dibawa ke rumah
sakit.
Rika membisu. Ia
tidak bersuara. Teman-temannya bertanya-tanya ada apa. Tapi tetap Rika
masih terlihat shock dan kaget. Tanpa ragu, ia melempar semua
belanjaannya dan langsung menuju rumah sakit. Sayang, ketika tiba di
rumah sakit. Aryo sudah tidak bernyawa. Rika diam. Diam dalam tangis. Ia
tidak bisa berbuat apa-apa. Ia berteriak sekencang-kencangnya.
Orang-orang yang membawa Aryo ke rumah sakit mencoba menenangkan Rika.
Tapi Rika hanya bisa menangis dan berteriak sambil memeluk tubuh Aryo
yang terlentang di tempat tidur.
Esok harinya, Rika pergi menuju pantai yang disepakati. Tapi
bukannya ke tepi pantai melainkan ke tebing di dekat pantai. Tatapannya
kosong. Ia tidak bisa hidup tanpa Aryo. Ketika Aryo tiada, ia
benar-benar merasa kehilangan sesuatu. Sesuatu yang berharga bagi
dirinya. Sesuatu yang sudah melekat pada dirinya. Dan ketika sesuatu itu
hilang, maka ia juga merasa hilang. Matahari mulai terbenam dan hari
mulai gelap. Terdengar sayup-sayup suara kedua temannya dari kejauhan.
"Jangan lakukan itu Rika...JANGAN!!!!
Tapi terlambat. Rika sudah menutup mata, telinga dan hatinya.
Matahari terbenam. Langit pun menjadi gelap. Cahaya yang menerangi
kehidupan ini sirna bersama dengan seorang wanita yang kehilangan
kendali ketika bagian dari hatinya pergi untuk selama-lamanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar